Rabu, 17 Januari 2024

Rapat Koordinasi SIRUP


SI RUP merupakan sistem yang digunakan oleh instansi pemerintah di Indonesia untuk merencanakan pengadaan barang dan jasa. Sistem ini memuat informasi mengenai rencana pengadaan yang akan dilakukan oleh suatu instansi. Beberapa informasi yang biasanya terdapat dalam SI RUP meliputi jenis barang/jasa yang akan diadakan, tahapan-tahapan pengadaan, dan estimasi anggaran.

Dengan adanya SI RUP, diharapkan proses pengadaan dapat dilakukan secara lebih terencana dan transparan. SI RUP memungkinkan para pihak yang terlibat dalam pengadaan untuk memahami rencana dan kebutuhan setiap instansi, sehingga mempermudah penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa.

Proses penerbitan SI RUP :

  1. Tarik RKA dari SIPD
  2. Pendelegasian dari PA ke PPK
  3. PPK melengkapi paket pengadaan 
  4. PA mengumumkan paket pengadaan
Setelah diumumkan, akan muncul ID RUP yang akan digunakan untuk proses pengadaan barang dan jasa.

Kamis, 26 Oktober 2023

Pengelolaan P3DN SIPD

Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) adalah salah satu upaya Pemerintah untuk mendorong masyarakat agar lebih menggunakan produk dalam negeri dibandingkan produk impor. P3DN perlu senantiasa didorong dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.

Untuk memantau upaya peningkatan P3DN, kemendagri memberika fasilitas aplikasi pemantauan P3DN yang terintegras dengan SIPD (Sistem Informasi Pembangunan Daerah).  SIPD sendiri merupakan salah satu tools penting dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan di daerah, terutama dalam hal ketersediaan data yang valid untuk analisis perencanaan pembangunan dan pemetaan.

Untuk pengelolaan SIPD P3DN dapat diakses pada paparan terlampir berikut :


Minggu, 11 Juni 2023

Rancang Bangun Inovasi Penurunan AKI

Angka kematian ibu (AKI) terkait erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai kerangka kerja global untuk pembangunan berkelanjutan. AKI menjadi bagian dari SDG 3, yaitu "Mengakhiri semua bentuk kelaparan dan malnutrisi, mencapai ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan, serta meningkatkan gizi manusia."

SDG 3.1 secara khusus bertujuan untuk "mengurangi angka kematian ibu secara drastis di seluruh dunia". Targetnya adalah mencapai angka kematian ibu kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup. Selain itu, SDG 3.7 juga bertujuan untuk "menyediakan akses universal terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang aman, terjangkau, dan berkualitas."

Untuk mencapai tujuan SDG terkait angka kematian ibu, banyak upaya yang dilakukan, seperti:

Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan maternal: Dalam rangka mencapai SDG 3.1, penting untuk memperluas akses terhadap pelayanan kesehatan maternal yang berkualitas. Ini meliputi akses ke fasilitas kesehatan yang aman, layanan prenatal dan persalinan yang memadai, perawatan postnatal, dan perawatan kehamilan yang komprehensif.

Pendidikan dan pemberdayaan perempuan: SDG 3 juga terkait dengan SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) dan SDG 5 (Kesetaraan Gender). Meningkatkan pendidikan dan kesehatan perempuan, serta memberikan kesempatan yang setara dalam pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi politik, dapat berkontribusi dalam mengurangi angka kematian ibu.

Peningkatan akses terhadap kontrasepsi dan perencanaan keluarga: SDG 3.7 menekankan pentingnya akses universal terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang aman dan terjangkau. Ini termasuk akses terhadap kontrasepsi modern, perencanaan keluarga, dan informasi yang tepat tentang kesehatan reproduksi.

Kolaborasi dan kemitraan: Mencapai target SDG yang terkait dengan angka kematian ibu memerlukan kerja sama antara pemerintah, organisasi internasional, sektor swasta, masyarakat sipil, dan komunitas lokal. Kolaborasi ini memungkinkan berbagi sumber daya, pengalaman, dan pengetahuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

SDGs secara keseluruhan memberikan kerangka kerja yang luas untuk upaya global dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan sosial. Dalam hal angka kematian ibu, implementasi SDGs dapat membantu mengarahkan kebijakan dan program untuk mengurangi angka kematian ibu secara signif

Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terjadi akibat komplikasi selama kehamilan, persalinan, atau dalam 42 hari setelah persalinan, per 100.000 kelahiran hidup. AKI merupakan indikator penting dalam mengevaluasi kualitas pelayanan kesehatan maternal dan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Menurut data yang tersedia hingga pengetahuan saya pada September 2021, angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi, meskipun telah mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka kematian ibu di Indonesia adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan dengan tahun 2013, ketika angka kematian ibu mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Untuk menurunkan angka kematian ibu, diperlukan inovasi dan upaya terus-menerus dalam bidang kesehatan maternal. Berikut adalah beberapa inovasi yang telah diadopsi dan terbukti efektif dalam menurunkan angka kematian ibu : 

  1. Akses dan pemantauan prenatal yang ditingkatkan: Program prenatal yang komprehensif, termasuk pemeriksaan rutin, tes laboratorium, dan pemantauan kesehatan ibu dan janin, dapat membantu mendeteksi dan mengelola masalah kesehatan yang mungkin muncul selama kehamilan.
  2. Peningkatan akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan: Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan maternal dengan membangun atau meningkatkan jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan, terutama di daerah pedesaan atau terpencil, dapat membantu meningkatkan aksesibilitas ibu hamil ke perawatan yang tepat waktu.
  3. Pelatihan dan dukungan bagi tenaga medis: Melatih petugas kesehatan, terutama bidan dan tenaga medis di wilayah yang sulit dijangkau, dalam deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan dan persalinan dapat menyelamatkan nyawa ibu dan bayi. 
  4. Pendekatan komunitas dan advokasi: Melibatkan komunitas secara aktif dengan program kesehatan maternal, termasuk kampanye kesadaran, pendidikan kesehatan, dan dukungan sosial, dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya perawatan prenatal dan persalinan yang aman. 
  5. Teknologi kesehatan: Penerapan teknologi kesehatan seperti telemedicine, aplikasi seluler, dan sistem informasi kesehatan dapat meningkatkan aksesibilitas, pemantauan, dan pertukaran informasi antara ibu hamil, petugas kesehatan, dan fasilitas kesehatan. 
  6. Peningkatan akses terhadap kontrasepsi dan perencanaan keluarga: Menyediakan akses yang lebih baik terhadap kontrasepsi modern dan perencanaan keluarga dapat membantu mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan atau terlalu sering, yang dapat berpotensi meningkatkan risiko kematian ibu. 
  7. Kolaborasi dan kemitraan: Kerja sama antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil dapat memperkuat upaya untuk mengurangi angka kematian ibu melalui berbagi sumber daya, peningkatan kapasitas, dan implementasi program bersama.
Dari beberapa inovasi diatas dapat dikembangkan dan dibuat lebih spesifik berdasarkan analisis SWOT masing-masing daerah. Saling kolaborasi dan meningkatkan peran serta masyarakat adalah salah satu kunci keberhasilan inovasi untuk menurunkan angka kematian ibu.

Jumat, 02 Juni 2023

Posyandu Mobile : Inovasi Untuk Memudahkan Kader Posyandu



Posyandu (pos pelayanan terpadu) merupakan upaya pemerintah untuk memudahkan masyarakat Indonesia dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu dan anak. Tujuan utama posyandu adalah mencegah peningkatan angka kematian ibu dan bayi saat kehamilan, persalinan, atau setelahnya melalui pemberdayaan masyarakat. Berbeda dengan puskesmas yang memberikan pelayanan setiap hari, posyandu hanya melayani setidaknya 1 kali dalam sebulan. Lokasi posyandu umumnya mudah dijangkau masyarakat, mulai dari lingkungan desa atau kelurahan hingga RT dan RW.

Salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi dan balita secara rutin. Hal ini penting dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak dan mendeteksi sejak dini bila anak mengalami gangguan tumbuh kembang.

Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil pemeriksaan tersebut kemudian dicatat di dalam buku KIA atau KMS.

Sebagai bahan evaluasi, petugas posyandu dan petugas puskesmas melakukan pencatatan dan pengolahan data dan informasi dengan tahapan sebagai berikut :

  1. Balita yang datang dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang.
  2. Kader Posyandu menuliskan hasil pencatatan dalam selembar kertas.
  3. Petugas Kesehatan melakukan pencatatan evaluasi tumbuh kembang, penyuluhan dan konseling tumbuh kembang dalam buku KIA
  4. Petugas gizi melakukan rekap data penimbangan dengan bantuan aplikasi MS Excel
  5. Rekap data penimbangan di inputkan ke aplikasi EPPGBM untuk analisis lebih lanjut.

Proses tersebut diatas kurang efektif dikarenakan :

  1. Data Kesehatan balita hanya bisa diakses oleh ibu balita, dan petugas Kesehatan
  2. Data Kesehatan balita tidak bisa diakses secara langsung oleh orang tua asuh balita
  3. Data Kesehatan balita tidak bisa diakses oleh petugas Kesehatan lain, sehingga Petugas tidak cepat dan tepat dalam memberikan intervensi kepada balita.

Terinspirasi dari database rekam medis elektronik yang sudah berbasis web  Puskesmas, memunculkan ide untuk melakukan proses integrasi pencatatan balita di posyandu dengan penyusunan modul Posyandu Mobile. 

Dengan Posyandu Mobile proses pencatatan di posyandu akan lebih mudah, singkat dan mudah dalam melakukan analisa.


Jumat, 05 Mei 2023

Ruang Kerja Ideal


Ruang kerja ideal adalah sebuah lingkungan yang mendukung produktivitas, kreativitas, kenyamanan, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Beberapa faktor yang dapat membentuk ruang kerja ideal antara lain:

Pencahayaan yang baik: Memiliki akses terhadap cahaya alami adalah salah satu aspek penting dalam ruang kerja ideal. Menempatkan meja kerja dekat jendela atau menggunakan pencahayaan buatan yang cukup terang dapat meningkatkan fokus dan energi kerja.

Kebisingan yang terkendali: Menjaga kebisingan di lingkungan kerja dapat membantu konsentrasi dan fokus. Ruang kerja yang tenang atau dilengkapi dengan fasilitas untuk meredam suara, seperti panel akustik atau headphone, dapat membantu mengurangi gangguan dan meningkatkan produktivitas.

Ergonomi yang baik: Memastikan posisi tubuh yang nyaman dan dukungan yang tepat untuk tulang belakang, leher, dan pergelangan tangan sangat penting dalam menciptakan ruang kerja yang ideal. Meja dan kursi yang dapat disesuaikan, penggunaan bantal punggung, dan penempatan peralatan kerja dengan ergonomis dapat membantu mencegah ketegangan dan cedera.

Tatanan dan kebersihan: Ruang kerja yang rapi dan terorganisir dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi stres. Mengatur peralatan, dokumen, dan bahan kerja dengan sistematis dan menjaga kebersihan ruangan secara umum akan membantu mempertahankan keteraturan dan meningkatkan fokus.

Aksesibilitas dan fasilitas pendukung: Memiliki akses mudah ke peralatan dan sumber daya yang diperlukan, seperti printer, scanner, atau bahan referensi, akan mempermudah pekerjaan sehari-hari. Selain itu, menyediakan fasilitas seperti area istirahat, ruang untuk bergerak, dan area untuk minum dan makan yang sehat dapat meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Inspirasi visual: Menambahkan elemen-elemen yang memberikan inspirasi visual, seperti tanaman hijau, karya seni, atau objek dekoratif yang memotivasi, dapat meningkatkan kreativitas dan suasana hati di ruang kerja.

Penting untuk diingat bahwa ruang kerja ideal dapat bervariasi tergantung pada preferensi individu. Setiap orang memiliki kebutuhan dan preferensi yang berbeda, jadi penting untuk menciptakan ruang kerja yang sesuai dengan gaya dan kebutuhan pribadi untuk mencapai produktivitas dan kesejahteraan optimal.

Senin, 17 April 2023

Peran Penting ASPAK untuk Fasilitas Kesehatan


Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, penting bagi lembaga kesehatan untuk mengelola sarana prasarana dan alat kesehatan dengan efisien dan aman. Dalam era teknologi digital yang terus berkembang, aplikasi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan (SPAK) hadir sebagai solusi inovatif untuk mengoptimalkan pengelolaan aset kesehatan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pentingnya penggunaan aplikasi SPAK dalam sektor kesehatan.

Pengelolaan Aset yang Efisien:

Aplikasi SPAK memungkinkan lembaga kesehatan untuk mengelola inventaris alat kesehatan secara lebih efisien. Dengan menggunakan aplikasi ini, informasi tentang aset kesehatan dapat tercatat dengan rapi, termasuk data pengadaan, perawatan, dan pemeliharaan. Manajemen aset yang efisien membantu mengoptimalkan penggunaan alat kesehatan, mengurangi biaya operasional, dan mencegah kehilangan atau pemakaian yang tidak efektif.

Monitoring Kondisi dan Perawatan:

Aplikasi SPAK memungkinkan lembaga kesehatan untuk memantau kondisi alat kesehatan secara real-time. Informasi tentang pemeliharaan rutin, perbaikan, dan kalibrasi dapat dicatat dalam aplikasi ini, memastikan bahwa alat kesehatan berfungsi dengan baik dan dalam kondisi yang aman untuk digunakan. Dengan adanya fitur peringatan atau notifikasi, petugas kesehatan dapat secara proaktif melakukan tindakan perawatan yang diperlukan, menghindari kerusakan yang lebih serius atau kegagalan fungsi alat kesehatan yang dapat membahayakan pasien.

Manajemen Sirkulasi Alat Kesehatan:

Aplikasi SPAK juga memudahkan proses pengelolaan alat kesehatan yang dipinjam atau dipindahkan antarunit di lembaga kesehatan. Dengan sistem peminjaman dan pemindahan yang terdokumentasi dengan baik, aplikasi ini membantu mengurangi kemungkinan kehilangan atau kelalaian dalam sirkulasi alat kesehatan. Selain itu, penggunaan aplikasi SPAK juga memungkinkan pemantauan lebih lanjut terhadap histori pemakaian alat kesehatan, termasuk identifikasi alat yang sering digunakan, estimasi waktu penggunaan, dan pembaruan yang diperlukan.

Pemantauan Kepatuhan dan Keamanan:

Aplikasi SPAK dapat membantu lembaga kesehatan memastikan kepatuhan terhadap standar keamanan dan peraturan yang berlaku. Dengan adanya fitur pelaporan insiden atau pelanggaran keamanan, petugas kesehatan dapat melaporkan kejadian tersebut melalui aplikasi SPAK. Hal ini memungkinkan manajemen untuk dengan cepat menangani dan menyelidiki insiden yang terjadi, serta mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan. Dengan demikian, aplikasi SPAK berperan penting dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap standar keamanan yang ditetapkan oleh lembaga kesehatan maupun regulasi pemerintah.

Pengambilan Keputusan yang Tepat:

Aplikasi SPAK menyediakan data dan laporan yang lengkap tentang penggunaan, perawatan, dan kondisi alat kesehatan. Informasi ini dapat digunakan oleh manajemen untuk mengambil keputusan yang lebih baik dalam hal pengadaan, pemeliharaan, atau penggantian alat kesehatan. Dengan data yang akurat dan terkini, keputusan yang diambil lebih cermat dan efektif, sehingga dapat menghemat waktu, sumber daya, dan biaya.

Selasa, 04 April 2023

Analisis Determinan Faktor AKI


Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu. Beberapa faktor utama termasuk:

Komplikasi selama kehamilan

Beberapa kondisi medis seperti tekanan darah tinggi (preeklampsia), diabetes gestasional, perdarahan antepartum (sebelum persalinan), dan infeksi dapat menyebabkan komplikasi yang berpotensi fatal bagi ibu.

Komplikasi saat persalinan

Persalinan yang sulit atau tidak normal, distosia bahu (bayi terjebak di bahu ibu), perdarahan postpartum (setelah persalinan), infeksi pasca persalinan, atau pecahnya rahim dapat menjadi faktor penyebab kematian ibu.

Akses terbatas ke pelayanan kesehatan

Kurangnya akses atau keterbatasan dalam pelayanan kesehatan maternal, terutama di daerah pedesaan atau terpencil, dapat menghambat deteksi, pengobatan, atau perawatan yang tepat saat terjadi komplikasi.

Kurangnya pengetahuan dan pendidikan

Kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan prenatal yang baik, tanda-tanda bahaya selama kehamilan atau persalinan, serta kurangnya pemahaman tentang pentingnya pelayanan kesehatan maternal, dapat mempengaruhi kesadaran ibu terhadap kesehatan mereka sendiri.

Faktor sosio-ekonomi

Kondisi sosial dan ekonomi yang rendah, seperti kemiskinan, kurangnya pendidikan, akses terbatas ke air bersih, sanitasi yang buruk, dan gizi yang tidak memadai, dapat meningkatkan risiko kematian ibu.

Konflik dan keadaan darurat

Di daerah yang terkena konflik bersenjata atau bencana alam, sistem kesehatan sering kali terganggu, menyebabkan penurunan akses dan kualitas pelayanan kesehatan maternal, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko kematian ibu.