Rancang Bangun Penurunan AKI

Rancang bangun penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)

Pelaku Pengadaan Barang dan Jasa

Pelaku pengadaan pada kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah tertuang dalam pasal 8 Perpres Nomor 12 tahun 2021

Analisis Faktor Determinan AKI

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu. Beberapa faktor utama termasuk

Ruang Kerja Ideal

Ruang kerja ideal adalah sebuah lingkungan yang mendukung produktivitas, kreativitas, kenyamanan, dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Menyusun Inovasi

Menyusun inovasi pelayanan publik melibatkan beberapa tahapan yang sistematis. Berikut adalah tahapan umum yang dapat diikuti:

Minggu, 11 Juni 2023

Rancang Bangun Inovasi Penurunan AKI

Angka kematian ibu (AKI) terkait erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai kerangka kerja global untuk pembangunan berkelanjutan. AKI menjadi bagian dari SDG 3, yaitu "Mengakhiri semua bentuk kelaparan dan malnutrisi, mencapai ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan, serta meningkatkan gizi manusia."

SDG 3.1 secara khusus bertujuan untuk "mengurangi angka kematian ibu secara drastis di seluruh dunia". Targetnya adalah mencapai angka kematian ibu kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup. Selain itu, SDG 3.7 juga bertujuan untuk "menyediakan akses universal terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang aman, terjangkau, dan berkualitas."

Untuk mencapai tujuan SDG terkait angka kematian ibu, banyak upaya yang dilakukan, seperti:

Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan maternal: Dalam rangka mencapai SDG 3.1, penting untuk memperluas akses terhadap pelayanan kesehatan maternal yang berkualitas. Ini meliputi akses ke fasilitas kesehatan yang aman, layanan prenatal dan persalinan yang memadai, perawatan postnatal, dan perawatan kehamilan yang komprehensif.

Pendidikan dan pemberdayaan perempuan: SDG 3 juga terkait dengan SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) dan SDG 5 (Kesetaraan Gender). Meningkatkan pendidikan dan kesehatan perempuan, serta memberikan kesempatan yang setara dalam pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi politik, dapat berkontribusi dalam mengurangi angka kematian ibu.

Peningkatan akses terhadap kontrasepsi dan perencanaan keluarga: SDG 3.7 menekankan pentingnya akses universal terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang aman dan terjangkau. Ini termasuk akses terhadap kontrasepsi modern, perencanaan keluarga, dan informasi yang tepat tentang kesehatan reproduksi.

Kolaborasi dan kemitraan: Mencapai target SDG yang terkait dengan angka kematian ibu memerlukan kerja sama antara pemerintah, organisasi internasional, sektor swasta, masyarakat sipil, dan komunitas lokal. Kolaborasi ini memungkinkan berbagi sumber daya, pengalaman, dan pengetahuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

SDGs secara keseluruhan memberikan kerangka kerja yang luas untuk upaya global dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan sosial. Dalam hal angka kematian ibu, implementasi SDGs dapat membantu mengarahkan kebijakan dan program untuk mengurangi angka kematian ibu secara signif

Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terjadi akibat komplikasi selama kehamilan, persalinan, atau dalam 42 hari setelah persalinan, per 100.000 kelahiran hidup. AKI merupakan indikator penting dalam mengevaluasi kualitas pelayanan kesehatan maternal dan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Menurut data yang tersedia hingga pengetahuan saya pada September 2021, angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi, meskipun telah mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka kematian ibu di Indonesia adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan dengan tahun 2013, ketika angka kematian ibu mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Untuk menurunkan angka kematian ibu, diperlukan inovasi dan upaya terus-menerus dalam bidang kesehatan maternal. Berikut adalah beberapa inovasi yang telah diadopsi dan terbukti efektif dalam menurunkan angka kematian ibu : 

  1. Akses dan pemantauan prenatal yang ditingkatkan: Program prenatal yang komprehensif, termasuk pemeriksaan rutin, tes laboratorium, dan pemantauan kesehatan ibu dan janin, dapat membantu mendeteksi dan mengelola masalah kesehatan yang mungkin muncul selama kehamilan.
  2. Peningkatan akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan: Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan maternal dengan membangun atau meningkatkan jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan, terutama di daerah pedesaan atau terpencil, dapat membantu meningkatkan aksesibilitas ibu hamil ke perawatan yang tepat waktu.
  3. Pelatihan dan dukungan bagi tenaga medis: Melatih petugas kesehatan, terutama bidan dan tenaga medis di wilayah yang sulit dijangkau, dalam deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan dan persalinan dapat menyelamatkan nyawa ibu dan bayi. 
  4. Pendekatan komunitas dan advokasi: Melibatkan komunitas secara aktif dengan program kesehatan maternal, termasuk kampanye kesadaran, pendidikan kesehatan, dan dukungan sosial, dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya perawatan prenatal dan persalinan yang aman. 
  5. Teknologi kesehatan: Penerapan teknologi kesehatan seperti telemedicine, aplikasi seluler, dan sistem informasi kesehatan dapat meningkatkan aksesibilitas, pemantauan, dan pertukaran informasi antara ibu hamil, petugas kesehatan, dan fasilitas kesehatan. 
  6. Peningkatan akses terhadap kontrasepsi dan perencanaan keluarga: Menyediakan akses yang lebih baik terhadap kontrasepsi modern dan perencanaan keluarga dapat membantu mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan atau terlalu sering, yang dapat berpotensi meningkatkan risiko kematian ibu. 
  7. Kolaborasi dan kemitraan: Kerja sama antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil dapat memperkuat upaya untuk mengurangi angka kematian ibu melalui berbagi sumber daya, peningkatan kapasitas, dan implementasi program bersama.
Dari beberapa inovasi diatas dapat dikembangkan dan dibuat lebih spesifik berdasarkan analisis SWOT masing-masing daerah. Saling kolaborasi dan meningkatkan peran serta masyarakat adalah salah satu kunci keberhasilan inovasi untuk menurunkan angka kematian ibu.

Jumat, 02 Juni 2023

Posyandu Mobile : Inovasi Untuk Memudahkan Kader Posyandu



Posyandu (pos pelayanan terpadu) merupakan upaya pemerintah untuk memudahkan masyarakat Indonesia dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu dan anak. Tujuan utama posyandu adalah mencegah peningkatan angka kematian ibu dan bayi saat kehamilan, persalinan, atau setelahnya melalui pemberdayaan masyarakat. Berbeda dengan puskesmas yang memberikan pelayanan setiap hari, posyandu hanya melayani setidaknya 1 kali dalam sebulan. Lokasi posyandu umumnya mudah dijangkau masyarakat, mulai dari lingkungan desa atau kelurahan hingga RT dan RW.

Salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi dan balita secara rutin. Hal ini penting dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak dan mendeteksi sejak dini bila anak mengalami gangguan tumbuh kembang.

Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil pemeriksaan tersebut kemudian dicatat di dalam buku KIA atau KMS.

Sebagai bahan evaluasi, petugas posyandu dan petugas puskesmas melakukan pencatatan dan pengolahan data dan informasi dengan tahapan sebagai berikut :

  1. Balita yang datang dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang.
  2. Kader Posyandu menuliskan hasil pencatatan dalam selembar kertas.
  3. Petugas Kesehatan melakukan pencatatan evaluasi tumbuh kembang, penyuluhan dan konseling tumbuh kembang dalam buku KIA
  4. Petugas gizi melakukan rekap data penimbangan dengan bantuan aplikasi MS Excel
  5. Rekap data penimbangan di inputkan ke aplikasi EPPGBM untuk analisis lebih lanjut.

Proses tersebut diatas kurang efektif dikarenakan :

  1. Data Kesehatan balita hanya bisa diakses oleh ibu balita, dan petugas Kesehatan
  2. Data Kesehatan balita tidak bisa diakses secara langsung oleh orang tua asuh balita
  3. Data Kesehatan balita tidak bisa diakses oleh petugas Kesehatan lain, sehingga Petugas tidak cepat dan tepat dalam memberikan intervensi kepada balita.

Terinspirasi dari database rekam medis elektronik yang sudah berbasis web  Puskesmas, memunculkan ide untuk melakukan proses integrasi pencatatan balita di posyandu dengan penyusunan modul Posyandu Mobile. 

Dengan Posyandu Mobile proses pencatatan di posyandu akan lebih mudah, singkat dan mudah dalam melakukan analisa.